Adzan Isyak berkumandang, dan sudah sejauh ini kami masih disini. Berteman deburan ombak, kami memulai pembahasan diskusi yang lebih ke serius. Berhadap-hadapan, berdua saja. Dengan adanya buku Pengantar Filsafat kita mulai membedah buku juga membedah isi dari kepala kita. Tak lupa, disetiap pembicaraan otakku selalu siap sedia untuk mencatat hal-hal yang sekiranya penting. Juga menganalisa berbagai pertanyaan yang dilontarkan Ubaid.
Pentingkah sebuah negara? Ini yang kita bahas sebagai pendahuluan. Negara penting untuk mewadahi, mengayomi, dan memberi peraturan suatu bangsa, karena tanpa adanya suatu negara, bangsa akan kacau balau, begitu kira-kira ucapan Ubaid dengan memberikan contoh sebungkus rokok, yang bisa ku tangkap.
Pembicaraan mengalir bagai deburan ombak yang saling berkejaran. Pembahasan kali ini mengarah ke materi Mapaba. Membedah semua hal yang masih belum difahami dan dikuasai. Ubaid disini bisa dikatakan sebagai pembimbing, yang sudah sepantasnya karena pengalamannya. Sementara aku sebagai objek yang dibimbing, dituntun, dan diarahkan.
Bagai guru dan murid, aku tak bisa mengimbangi pembahasan Ubaid retorika kedisiplinan ilmunya. Karena yang paling lebih ku senangi adalah pembahasan sejarah dan kebangsaan. Waktu pembahasan kita mengarah ke sejarah munculnya aswaja, syiah, khawarij, aku bisa berasumsi -walaupun juga asusimku masih butuh sanggahan-.
Angin semakin malam semakin terasa. Kita masih disini, karena Fatih juga baru bergabung. Menikmati malam dengan berbagi pengetahuan, tiada hari tanpa diskusi. Dengan adanya Fatih, pembahasan sekarang mengarah ke PKD, sebuah jenjang kaderisasi untuk setiap kader PMII. Ubaid sendiri menyuruh untuk segera ikut PKD, dengan merekomendasikan PKD di UNIGIRI. Tak ada pilihan lain, aku dan Fatih pun mengiyakan.
Perbincangan kami sudah panjang lebar. Malam semakin kelam, dan angin laut semakin membuat kita tak kerasan. Sudah banyak ilmu pengetahuan baru yang bisa kita dapatkan hari ini. Kita pun pamit jam 10 malam, dengan meninggalkan beberapa puntung rokok, juga gelas dan cangkir yang telah kosong.
Kemantren, 24 Mei 2022
Komentar
Posting Komentar