Langsung ke konten utama

SERBA-SERBI AKTIVITAS DI RUMAH


Hari ini Emak sibuk sekali di dapur. Ia dibantu Mbak Da dan Mbak Mil membuat beberapa jajanan untuk nanti malam. Rumah ini, nanti malam mendapat giliran tahlil rutin yang dilaksanakan oleh ibu-ibu Muslimat. Yang biasanya dimulai sehabis Isya' dan selesai sekitar jam sembilan malam. Apapun kondisinya, Emak selalu menyambut bahagia ketika mendapat giliran tahlil. Tak heran, ia mempersiapkan untuk nanti malam dengan membuat jajanan tradisional di dapur. Diantaranya yakni wingko Babat, kue nangka, kue urap, dan gemblong.

Disisi lain, Cak Arip menjadi tukang di rumahnya sendiri. Dari kemarin, ia masih memperbaiki kamar paling selatan ini. Padahal juga status kamar ini masih belum jelas. Cak Arip hanya bertempat tidur ketika waktu pulang, begitupun juga Mas Ayun yang sama halnya. Aku sendiri beberapa kali juga tidur disini. Umumnya, kamar ini selalu terbuka buat siapa saja. Cak Arip dan Mas Ayun mendekor kamar ini menjadi lebih elegan dan paling utama nantinya bisa membuat nyaman. 

Cak Arip hari ini bekerja sendiri. Tinggal melamir tembok. Mas Ayun terlihat membantu hanya beberapa saat saja, karena ia sendiri bekerja di gudang. Sementara Bapak tak mau membantu karena pertama ia bekerja ikut Mas Yul, kedua ia tak paham konsep kamar anak muda, dan ketiga Cak Arip tak mau melibatkan Bapak. Semua tak mau ikut campur karena takut malah mengganggu. Jadi, semuanya sudah tau menau, kapan harus bekerja sama dan kapan untuk bekerja sendiri-sendiri.

Di rumah ini, semua orang beraktivitas dengan sendirinya. Tau mana yang harus diperbuat, dan mana yang harus dikerjakan. Aku berandai-andai jika ibaratnya sebuah negara, pasti rumah ini menganut paham sosialisme, yang politik dan ekonominya di pimpin seorang diktator proletariat dan di dukung oleh para buruh. Penghuni rumah menjadi buruh revolusioner, dan Bapak memimpin menjadi diktator proletariat, sementara aku menjadi pengamat dan penulis sejarah untuk hari-hari kedepan. Ha ha.. 

Sore hari setelah mandi, aku dan Bapak sejenak rebahan sambil menonton tv. Kebetulan sore ini ada pertandingan sepakbola antara Persija vs PSM Makassar. Emak sudah rampung masaknya, dan Mbak Da mulai bersih-bersih. Begitupun di kamar, Cak Arip sudah menyelesaikan pekerjaannya, Mas Ayun juga terlihat pulang dari kerja. Sore hari di jam empat atau lima sore, sudah seperti sebuah alarm yang memberhentikan pekerjaan dan mengumpulkan semua orang. Semua mandi bergiliran, meninggalkan Mas Ayun yang lebih senang mandi malam. 

Setelahnya, Cak Arip dan Bapak mengambil beberapa peralatan di Pak RT Aji. Mulai dari dua salon, kabel, lampu, mik, tikar, dan lain-lain. Mbak Da menyapu, Mas Ayun memasang lampu biar lebih terang, aku dan Bapak memindahkan kursi ke rumah Pitin. Sore kian sore. Bersih-bersih disiapkan untuk acara nanti. Beberapa tikar juga sudah digelar. Salon juga sudah dites Bapak. Mbak Mil datang lagi ikut membantu Emak menyiapkan jajanan diatas piring. Mas Ayun baru mandi. Sedangkan Cak Arip pergi bersama Kak Budin tidak tau kemana. 

Adzan Maghrib mulai terdengar. Beberapa tikar didepan rumah juga didepan rumah Bik Pin juga sudah digelar. Sementara Emak mengantarkan jajanan ke beberapa tetangga. Ia memang membuat jajanan tradisional dengan porsi banyak. Selain sebagai hidangan di acara tahlil nanti, juga untuk dikasih ke tetangga. Aku memang kagum dengan sifat Emak yang satu ini, selalu berbagi rezeki ke beberapa tetangga tanpa kenal pamrih. Hidup di desa dengan budaya gotong royong dan saling berbagi, menimbulkan sifat belas kasih yang lebih. Dan aku sangat bersyukur atas itu.

Setelah persiapan semuanya hampir rampung, dan kewajiban sudah aku laksanakan, aku bergegas keluar rumah pamit ngopi. Sebelum itu, aku sedikit menikmati jajanan terlebih dulu. Takut nanti tidak dapat. Sebelum berpapasan dengan para jamaah ibu-ibu Muslimat, segera aku pergi ke Giras Telon yang disana sudah ada Hasby dan Denny.

Rabu, 25 Januari 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEPAKBOLA; IMUNISASI KEHIDUPAN

Sepakbola bagiku bukan hanya sekedar permainan menendang dan memasukkan bola ke gawang lawan dengan sebanyak-banyaknya. Bukan! Sepakbola lebih dari itu.  Sepakbola bagiku adalah soal gairah hidup yang darinya meliputi berbagai perasaan. Senang, sedih, bahagia, kecewa, dan emosi menyatu bersamaan dengan bergulirnya si kulit bundar. Sepakbola menjadi teman untuk menghidupi hidup atas kegagalan, pelepas beban, dan pelengkap perjalanan hidup yang hebat.  Atmosfirnya yang aku rindukan dan untuk menjadi nyawa pada adanya gairah.  Berangkat ke stadion dengan rindu yang kesekian kalinya. Lalu, senang dan tawa riah dalam duduk memutari air persahabatan. Lalu ketika peluit ditiup, adukan perasaan mulai dipertaruhkan hingga 2x45 kedepannya. Meramalkan doa-doa dan nyanyian. Memberi semangat ketika kebanggaan mulai menyerang. Menteror lawan ketika memegang bola. Hingga umpatan serapah "bajingan" ketika ada keputusan kontroversial dari si pengadil. Ah, teramat sulit untuk dijel

SADTEMBER

SADTEMBER Bagi kalangan orang yang berkesadaran dan menolak lupa, bulan September adalah bulan mengenang berbagai peristiwa. Bulan yang menempati urutan ke-9 dalam penanggalan Masehi ini, sering di kaitkan dengan kata 'Hitam' dibelakangnya. Ya, tentu saja. Kata itu untuk mempertajam dan menggarisbawahi berbagai peristiwa. Banyak tanggal bertinta hitam untuk menolak lupa pada kekerasan negara.  Paragraf di awal tulisan ini merupakan tulisan seorang mahasiswa. Ya, dengan berbagai dialektika yang ada, semester 5 telah mengenalkanku pada kontradiksi. Tak seperti tulisanku yang ada di gambar itu—yang ku tulis dan ku upload di FB waktu masih berseragam abu-abu. Konyol, tentunya. Ruang dan lini masa yang berbeda membuatku berbeda juga, walaupun masih dalam konteks yang sama; bulan September. Walaupun berbeda, aku belum tau tolak ukurnya, apakah hari ini lebih baik atau malah sebaliknya.  Melihat jejak sosial media di FB, terkadang membuat ku larut dalam kenangan sejarah. D

INDONESIA PAGI HARI

INDONESIA PAGI HARI Dalam pagi yang selalu berganti, Anak anak mengawali hari berseragam rapi. Berteman burung-burung yang bernyanyi riang. Mentari adalah alarm disetiap pagi Indonesia  yang baru bangun. Sosok Indonesia terlihat pada senyum ceria  anak-anak berangkat ke sekolah. Menenteng tas membawa restu orang tua. Sosok Indonesia terlihat pada guru berpakaian batik  dalam siap untuk pengajaran. Angin pagi berhembus menyapa pohon Menggugurkan daun-daun kering berserakan. Pertengkaran, perselisihan,  politik rakus, dalam isu-isu yang semerbak. "Seorang bapak rela mencuri satu buah handphone  untuk biaya anaknya sekolah, Pelajar kembali terlibat tawuran, Seorang murid menantang duel guru,  kasus pelecehan kembali muncul, sekolah terpaksa tutup, mahasiswa kembali demo,  merdeka belajar, seorang rektor terjerat kasus korupsi,  pendidikan mahal, jual beli skripsi,  ayam kampus, NKRI harga naik dan bla bla bla"  Bum. Ki Hajar Dewantara muak  dengan berita-berita pendi