Langsung ke konten utama

HIMMAPRODI; SEBUAH PERJALANAN HAMPIR USAI

HIMMAPRODI; SEBUAH PERJALANAN HAMPIR USAI 

Himmaprodi telah memasuki masa tenggang. Kalaupun benar sebelum KKN bisa langsung LPJ, bisa dipastikan paling tidak tinggal beberapa bulan lagi pengurus Himmaprodi periode tahun ini akan lengser. Tak terasa tentunya. Untung saja program kerja kepengurusan sudah banyak yang terlaksana, tinggal rutinan dzibaiyyah (Divisi Bakat Minat; pelatihan desain (Divisi Infokom); dies natalis dan seminar pendidikan. Dan tambahan satu lagi untuk Minggu depan, yakni Tasyakuran MPI.

Kita telah melakukan perjalanan yang panjang dengan lika-liku tikungannya. Mulai dari penyusunan program kerja di awal-awal kepengurusan yang agak ruwet, rapat-rapat yang minim hasilnya, rutinan bakat minat yang kadang 'iya' kadang 'tidak', hingga berbagai acara —Orientasi Prodi, Pelatihan Pembuatan Makalah, Pelatihan Body of Knowledge— yang sudah kita laksanakan dengan bersama dan seksama.

Kita telah melewati berbagai macam dialektika yang ada didalamnya. Melibatkan berbagai macam perasaan, dari asing hingga kenal, dari sedih hingga bahagia, dan seterusnya. Begitupun telah menguras rasa emosional yang lebih. Pikiran, tenaga, dan materi tak luput juga didalamnya. 

Ada sebuah hadiah terbesar dari perjalanan kepengurusan Himmaprodi tahun ini yakni kenaikan akreditasi MPI dari yang belum unggul menjadi prodi unggul, juga kenaikan akreditasi Jurnal Sinta 4. Sebuah hal yang masuk dalam sejarah tentunya untuk kami yang tercatat didalamnya. Sebuah momentum yang penuh haru dan layak untuk dirayakan. Bukan hanya kampus atau jajaran dosen saja, mahasiswa MPI semua berhak sebagai bagian dari MPI itu sendiri.

Hari Senin kemarin, pengurus mengadakan rapat untuk menyambut acara Tasyakuran MPI sebagai sebuah rasa syukur atas kenaikan akreditasi tentunya, yang rencananya akan digelar hari Minggu depan. Sebuah rapat perdana setelah sudah kesekian kalinya tanpa kabar. Terlambat menjadi hal yang lumrah ketika dibandingkan dengan kata "daripada tidak sama sekali?". Untung saja dalam mempersiapkannya, panitia dengan pembagian tugas-tugasnya sudah dibentuk jauh-jauh. Tinggal jalan, eksekusi, dan rayakan!

Hari Rabu 8/6/23 sebuah rapat akhir antara pengurus/panitia acara, Kepala Prodi, Sekretaris Prodi, sekaligus kosma/perwakilan kelas se-MPI dilaksanakan setelah perkuliahan. Dalam sambutan membuka rapat, Kaprodi menghimbau kepada seluruh Mahasiswa aktif MPI untuk WAJIB datang hari Minggu depan, semuanya! Bahkan ada sebuah hukuman (punishment) nantinya bagi mereka yang tidak hadir. Semua yang hadir akan mendapatkan sertifikat dan sertifikat ini akan dijadikan Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI). Sebuah ancaman yang entah serius entah tidak bagi mereka yang boleh saja percaya. 

Hari Minggu depan memang ibaratnya sebuah acara khusus bagi semua orang yang terlibat didalam MPI. Sebuah Resepsi Tasyakuran Akreditasi Prodi Unggul & Jurnal Akreditasi Sinta 4 dan Orasi Ilmiah yang langsung Bapak Rektor sebagai pembicaranya dengan tema "Membangun Budaya Akademisi Dalam meningkatkan Akreditasi". Sungguh menarik bukan? Ah, andai semua orang bisa merasakan kenyamanan dalam kampus dan sadar akan rasa memiliki prodi-nya juga organisasi Himmaprodi-nya, tentunya sebuah hal yang sangat-sangat menarik. Sebuah acara yang tanpa di wajibkan dan tanpa adanya ancaman pun semuanya akan berbondong-bondong datang dengan sukarela. 

Semua hanya bayangan humanis dan bukan rasionalis. Himmaprodi dengan berbagai acara-acaranya semoga saja akan tetap selalu di ikuti mahasiswa. Dan terpenting dari itu, semoga saja semua sadar akan rasa saling memiliki layaknya keluarga didalam sebuah rumah: HIMMAPRODI MPI.

Rabu, 7 Juni 2023

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEPAKBOLA; IMUNISASI KEHIDUPAN

Sepakbola bagiku bukan hanya sekedar permainan menendang dan memasukkan bola ke gawang lawan dengan sebanyak-banyaknya. Bukan! Sepakbola lebih dari itu.  Sepakbola bagiku adalah soal gairah hidup yang darinya meliputi berbagai perasaan. Senang, sedih, bahagia, kecewa, dan emosi menyatu bersamaan dengan bergulirnya si kulit bundar. Sepakbola menjadi teman untuk menghidupi hidup atas kegagalan, pelepas beban, dan pelengkap perjalanan hidup yang hebat.  Atmosfirnya yang aku rindukan dan untuk menjadi nyawa pada adanya gairah.  Berangkat ke stadion dengan rindu yang kesekian kalinya. Lalu, senang dan tawa riah dalam duduk memutari air persahabatan. Lalu ketika peluit ditiup, adukan perasaan mulai dipertaruhkan hingga 2x45 kedepannya. Meramalkan doa-doa dan nyanyian. Memberi semangat ketika kebanggaan mulai menyerang. Menteror lawan ketika memegang bola. Hingga umpatan serapah "bajingan" ketika ada keputusan kontroversial dari si pengadil. Ah, teramat sulit untuk dijel

SADTEMBER

SADTEMBER Bagi kalangan orang yang berkesadaran dan menolak lupa, bulan September adalah bulan mengenang berbagai peristiwa. Bulan yang menempati urutan ke-9 dalam penanggalan Masehi ini, sering di kaitkan dengan kata 'Hitam' dibelakangnya. Ya, tentu saja. Kata itu untuk mempertajam dan menggarisbawahi berbagai peristiwa. Banyak tanggal bertinta hitam untuk menolak lupa pada kekerasan negara.  Paragraf di awal tulisan ini merupakan tulisan seorang mahasiswa. Ya, dengan berbagai dialektika yang ada, semester 5 telah mengenalkanku pada kontradiksi. Tak seperti tulisanku yang ada di gambar itu—yang ku tulis dan ku upload di FB waktu masih berseragam abu-abu. Konyol, tentunya. Ruang dan lini masa yang berbeda membuatku berbeda juga, walaupun masih dalam konteks yang sama; bulan September. Walaupun berbeda, aku belum tau tolak ukurnya, apakah hari ini lebih baik atau malah sebaliknya.  Melihat jejak sosial media di FB, terkadang membuat ku larut dalam kenangan sejarah. D

INDONESIA PAGI HARI

INDONESIA PAGI HARI Dalam pagi yang selalu berganti, Anak anak mengawali hari berseragam rapi. Berteman burung-burung yang bernyanyi riang. Mentari adalah alarm disetiap pagi Indonesia  yang baru bangun. Sosok Indonesia terlihat pada senyum ceria  anak-anak berangkat ke sekolah. Menenteng tas membawa restu orang tua. Sosok Indonesia terlihat pada guru berpakaian batik  dalam siap untuk pengajaran. Angin pagi berhembus menyapa pohon Menggugurkan daun-daun kering berserakan. Pertengkaran, perselisihan,  politik rakus, dalam isu-isu yang semerbak. "Seorang bapak rela mencuri satu buah handphone  untuk biaya anaknya sekolah, Pelajar kembali terlibat tawuran, Seorang murid menantang duel guru,  kasus pelecehan kembali muncul, sekolah terpaksa tutup, mahasiswa kembali demo,  merdeka belajar, seorang rektor terjerat kasus korupsi,  pendidikan mahal, jual beli skripsi,  ayam kampus, NKRI harga naik dan bla bla bla"  Bum. Ki Hajar Dewantara muak  dengan berita-berita pendi